Saya terdiam dan berfikir ada benarnya juga ya, padahal kita adalah generasi dengan smartphone di tangan, dengan akses pada setiap informasi yang disediakan, namun ironisnya, kita sering merasa kebingungan arah. Padahal di satu sisi, dunia sedang menawarkan peluang tanpa batas dan di sisi yang lain, kita melihat tantangan bangsa yang kompleks, mulai dari masalah lingkungan, ketimpangan ekonomi di daerah, hingga kebijakan publik yang terasa jauh dari realitas anak muda.
Sebagai anak muda saya merasa energi dan ide-ide kita sangat melimpah, tetapi sayangnya, sering habis dalam perdebatan digital yang minim solusi. Sehingga banyak pemuda merasa frustrasi, potensi besar kita terbentur pada sistem lama yang kaku, lambat, dan tidak adaptif. Kita memiliki semangat untuk melakukan perubahan, tetapi kita belum sepenuhnya menemukan platform yang mau dan mampu menerjemahkan semangat itu menjadi kebijakan nyata.
Fakta di lapangan menunjukkan kontras yang tajam. Pemuda adalah mayoritas demografi sebuah bangsa, sebuah bonus demografi yang menjadi penentu nasib Indonesia. Sayangnya, representasi kita dalam pengambilan keputusan strategis masih sangat rendah.
Ini menimbulkan pertanyaan mendasar: “Mengapa pemuda Indonesia, yang begitu cerdas dan adaptif dalam teknologi, masih rentan terhadap hoaks dan isu-isu sentimen kedaerahan?”.
Kalau kita kilas balik ke belakang, dahulu para pemuda 1928 berjuang keras untuk menghapus sekat kedaerahan. Akan tetapi, pemuda hari ini tanpa sadar membangun sekat-sekat baru, sekat media sosial, sekat ideologi sempit, dan sekat keputusasaan politik. Isu kebangsaan hari ini bukan lagi melawan penjajah fisik, tetapi saat ini kita sedang melawan isu perpecahan, korupsi struktural, dan ketidakadilan.
Dengan potensi besar yang ada pada pemuda sangat disayangkan jika kita hanya menjadi penonton dan pengkritik, maka sistem lama yang menjadi keresahan kita akan terus berlanjut. Maka, kepemimpinan adalah tugas generasi, bukan sekadar warisan.
Kita harus berani mengakui, yang menjadi masalah bukan pada kurangnya bakat pemuda, tetapi pada model kepemimpinan seperti apa yang kita butuhkan. Kita tidak butuh pemimpin yang hanya memerintah, kita butuh pemimpin yang mampu memfasilitasi kolaborasi, mendengarkan, dan berani mendelegasikan kekuasaan kepada generasi baru.
Inilah Ikrar kita hari ini yang harus diterjemahkan menjadi sebuah aksi nyata. Sebuah makna sejati dari "Satu Nusa, Satu Bangsa" di era modern adalah kemampuan kita untuk berkolaborasi lintas batas, ideologi, suku, dan profesi demi satu tujuan: “Indonesia yang adil, makmur, dan beradab”.
Inilah momentum yang kita nantikan. Kita harus masuk ke dalam sistem, bukan hanya mengkritik dari luar. Untuk memimpin arah bangsa, mari kita lunasi utang sejarah dan terjemahkan Sumpah Pemuda ke dalam tiga agenda aksi nyata:
- Satu Tanah Air (Aksi Pelayanan Nyata): Wujud cinta tanah air hari ini adalah mengambil tanggung jawab riil di tingkat komunitas, di desa, di kota. Tidak lagi menunggu kebijakan dari pusat, tetapi menjadi solusi lokal atas masalah yang ada. Inilah saatnya pemuda berkhidmat untuk negerinya.
- Satu Bangsa (Aksi Kolaborasi Lintas Sektor): Sudah saatnya kita hentikan permusuhan digital. Bangun aliansi strategis lintas profesi, aktivis, seniman, teknokrat, hingga politisi untuk menciptakan solusi holistik. Indonesia yang kuat lahir dari kesediaan kita untuk bekerja sama, bukan hanya dari satu kelompok.
- Satu Bahasa (Aksi Integritas dan Data): Kita juga harus menjunjung tinggi kejujuran, data, dan rasionalitas sebagai "bahasa persatuan" dalam mengambil keputusan. Lawan hoaks dan politik sentimen dengan integritas yang tak tergoyahkan. Keputusan yang baik lahir dari hati yang bersih dan data yang akurat.
Inilah panggilan bagi seluruh pemuda-pemudi Indonesia, khususnya di Sumenep. Kita harus memilih platform yang secara struktural mau menempatkan kita sebagai pengambil keputusan utama dan berani mewujudkan keresahan kita.
Sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi, PKS telah membuktikan komitmennya sebagai rumah bagi kepemimpinan muda. Dengan Integritas, Visi, dan Keseriusan yang menjadi nilai dasarnya, PKS adalah wadah dan kendaraan politik yang relevan untuk menerjemahkan janji sumpah pemuda menjadi kebijakan publik.
Ini bukan lagi waktunya menunggu giliran, ini bukan lagi masanya pemuda saling tunjuk, tetapi saatnya yang muda yang mengambil peran. Mari maju bersama, pimpin arah bangsa, dan pastikan Indonesia Emas 2045 adalah hasil karya kolektif dari momentum kita hari ini.
Ilham Akbar Dinullah
Kabid Pemuda, Pelajar dan Mahasiswa PKS Sumenep
