Rimbun Hidayat | 3M, Berkhitmad untuk Rakyat



PKSSumenep.org - Krisis yang menimpa negeri ini membuat rakyat menderita. Mereka mengalami ujian dan cobaan yang cukup berat. Bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, banjir bandang dan angin puting beliung. Jatuhnya pesawat, tenggelamnya kapal sampai kenaikan harga bahan pangan. Belum lagi kebijakan pemerintah yang membingungkan masyarakat kecil.

Melihat kondisi yang demikian, sebagai kader dakwah (da’i) yang senantiasa menyebarkan kebaikan dan kebenaran, kita harusnya berempati pada kondisi masyarakat. Selain itu, kita juga berupaya untuk memberi solusi terhadap masalah yang dihadapi. Ada langkah-langkah yang bisa kita lakukan, yakni 3 M.

1. Mendengar

Kita harus lebih banyak mendengar keluhan masyarakat. Kita harus lebih bersabar untuk mendengarkan masalah yang dihadapi mereka. Sebagai kader sudah seharusnya membersamai masyarakat, melihat kondisi masyarakat secara langsung.

Mari kita manfaatkan nikmat Allah SWT berupa pendengaran untuk mendengar semua yang ingin masyarakat curahkan. Allah Ta’ala telah berfirman :

“Katakanlah, Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati.” (QS Al Mulk: 23)

Umar bin Khattab RA, saat beliau menjadi khalifah senantiasa melakukan perjalanan untuk melihat kondisi rakyatnya. Sampai pada suatu malam, beliau tiba di sebuah rumah dimana masih ada pembicaraan diantara penghuni rumah. Beliau mendengarkan dengan seksama percakapan yang terjadi antara ibu dan anaknya yang sedang menangis. “Ibu, kapan makanan itu masak? Aku lapar sekali”, ucap sang anak. Si ibu menjawab, “Sabar ya nak, tidurlah dulu. Nanti jika sudah masak kau akan ibu bangunkan”. Akhirnya sang anak tertidur dalam kondisi lapar. Singkat cerita, akhirnya sang khalifah mengetahui, bahwa yang dimasak oleh ibu tadi adalah batu, karena tak ada lagi yang bisa dimasak. Selanjutnya Umar bin Khattab langsung menuju baitul maal untuk mengambil bahan makanan. Kemudian dengan dipikul dipundaknya sendiri, Umar sang khalifah ini mengantarkannya ke rumah ibu tadi.

2. Memahami

Selain mendengarkan, kitapun harus memahami apa yang dirasakan oleh masyarakat. Menyelami perasaan dan kegalauan mereka. Sebagai kader, kita punya kewajiban untuk berempati terhadap kondisi masyarakat di sekitar kita.

Kedekatan secara emosional dengan masyarakat harus senantiasa dibangun. Duduk dan bercengkrama bersama mereka juga perlu dilakukan. Dimana ada orang berkumpul, disana kita seharusnya berada. Seperti di poskamling (menjaga keamanan), warung kopi dan lainnya.

3. Memberi

Setelah kita mendengarkan masalah, keluh kesah masyarakat, kemudian kita mulai memahami apa yang dirasakan mereka. Tugas kader selanjutnya adalah memberikan apa yang menjadi kebutuhan mereka, sesuai kemampuan yang dimiliki. Berikan apa yang kita miliki, tidak harus berupa harta. Bisa ilmu yang kita kuasai misalnya memberi pelajaran bagi orang-orang yang buta aksara. Mendonorkan darah bagi mereka yang butuh. Berbagi sarapan walau hanya sebungkus nasi.

Bukankah Rasulullah pernah bersabda: “Tangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang dibawah (penerima).” (HR Bukhari)

Saudaraku para kader, masyarakat harus merasakan kehadiran kita. Mereka harus mendapat manfaat dari keberadaan kita disana. Rasulullah telah berpesan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Jangan sampai keberadaan para kader membuat masyarakat menjadi takut dan resah. Mereka tidak ingin dekat dengan kita, karena mereka khawatir dengan sikap, perilaku dan perkataan kita yang menyakitkan. Atau bahkan mereka menjadikan kita sebagai musuh, karena kita mengganggu ketenteraman mereka.

“Sesungguhnya sejelek-jelek tempat manusia disisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan (dijauhi) masyarakatnya karena takut dengan kejelekannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Share on Google Plus