Perempuan Bertungkus Lumus di Gempa Lombok Itu Ternyata Istri Gubernur


Oleh: Muhammad Sholich Mubarok
"Mam, mam tahu nggak Bu Niken itu siapa?" kata Permata, seorang relawan The Jakarta Islamic School (JISc). Ia berlari-lari menghampiri Fifi P. Jubilea, Owner JISc, yang sedang sibuk koordinasi.
"Nggak lah. Mungkin akhwat yang Relawan PKS kali. Kamu tolong hubungi ya. Kasih tahu kita besok mau ke Mataram. Ketemuannya besok saja sekalian kita pulang ke airport," kata Fifi.
"Mam, ini Bu Niken tuh istri Gubernur NTB yang baru lho, Mam. Yang belum dilantik," kata Permata pada Jumat (24/8/2018) malam.
Gubernur Nusa Tenggara Barat baru yang dimaksud adalah Zulkieflimansyah. Ia merupakan kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Zulkieflimansyah pernah meminta pemerintah pusat memberi status gempa Lombok sebagai bencana nasional. Sebab gempa ini menimbulkan banyak korban.
Fifi sempat kaget dengan meng-hah-kan. "Masa sih? Kamu tahu dari mana? Emang istrinya Gubernur namanya Niken? Bukannya Erika?"
Fifi mengaku dirinya kurang gaul, kurang update (kudet) dan tak pernah menonton televisi, atau hanya menyaksikan kanal Youtube jika ada yang sedang seru dibicarakan. Untuk pembukaan Asian Games saja Fifi tahu dari status media sosial orangtua murid.
Sepanjang yang ia tahu, yang ia hubungi selama ini adalah Niken Nisa Ibrahim. Tak ada embel-embel nama suami Zulkieflimansyah. Fifi mengira Niken adalah akhwat bagian dapur umum karena juga mengirim uang sapi kurban dan lainnya langsung ke Niken dan kerap bergegas dikerjakan.
"Wah kalau memang istri gubernur mah istrinya low profile banget. Pas aku mau datang ke Lombok, beliau adalah salah satu contact person dari seorang teman yang sudah duluan ke Lombok. Aku main SMS saja dan langsung tanya dengan gagahnya 'perlunya apa, Mbak? Aku bawakan apa dan Mbak tinggal di mana?'"ucap Fifi.
Fifi pernah ditawari untuk tinggal di rumah Niken. Hanya saja ia menampik karena masih khawatir ada gempa dan lagi, dirinya sudah beli tenda.
Malam itu juga, saat Fifi sudah siap tidur, ia mendapat kabar lagi, "Bu Niken mau ke sini, Mam!"
"Katanya kasihan Bu Fifi sudah datang jauh-jauh ke Lombok kalau nggak ditemui," kata sang pengirim kabar.
Fifi mengaku tak apa bila tak ditemui dan menganggap biasa saja. Terus terang, ia mengatakan kalau ke Mataram malam itu tidak akan sanggup karena sudah 5 watt alias mengantuk. "Besok Subuh saja aku ke Mataram jumpai beliau. On the way to airport," ungkap dia.
Tapi nasib berkata lain, Niken sudah jalan dan sekitar satu jam akan sampai untuk menemui Fifi. Akhir mereka ketemuan. Pas ketemu , Fifi mengaku seperti ketemu teman lama tak jumpa. "Emang sempat kenal sih tapi jarang ngobrol. Biasanya ketemu pas di acara pernikahan teman , itu juga masing-masing sibuk sama makanan masing-masing he-he-he," kata dia.
Raut lelah tampak di wajah Niken tapi semangatnya masih menyala. Istri Gubernur itu dari Sumbawa, belum selesai ke gempa Lombok , ia terus menyeberangi lautan ke Sumbawa dan kemudian mengurus jompo dan warga. Setengah jam bersama Niken, Fifi banyak membahas soal tenda dan tenda, semangat tolong-menolong dan bagaimana agar relawan gerak cepat membantu korban gempa Lombok.
Fifi masih merasa tak percaya bahwa Niken adalah istri gubernur. Malah dirasanya seperti teman kuliah saja yang lagi mau baksos dan membuat kegiatan. Meski berstatus istri gubernur, ia mau bertungkus lumus membantu korban gempa Lombok.
Sambil menghitung terpal, frozen food dan tikar yang akan dibawa untuk warga Lombok Utara, staf Niken berbisik kepada salah seorang relawan, "Ibu sudah sampai ke kecamatan Bayan yang belum sekali pun dikunjungi relawan saat itu. Saking jauhnya tinggal 9 km dari Segara Anak Rinjani. Kadang di pertengahan jalan kami diadang gempa dan longsor yang besar."
Mendengar hal itu, Fifi hanya bisa menggelengkan kepala dan salut dengan istri Gubernur NTB itu.
Setelah satu jam bersama, Niken kembali ke Mataram. Meninggalkan Lombok Timur yang perlu waktu tempuh sekitar 1,5 jam dari Mataram. Mobil Niken berjalan melanjutkan perjuangan.
Sumber: http://pks.id
Share on Google Plus