
Kalau diperhatikan, Rasulullah SAW dan para sahabat juga memerhatikan pilar-pilar jihad sebagai langkah sunatullah sekaligus aspek terbesar kemenangan setiap perjuangannya, baik pilar-pilar jihad yang sifatnya materi atau maknawi.
Lalu, seperti apa pilar-pilar jihad maknawiah sehingga menjadi kunci kemenangan Rasulullah SAW?
1. Quwwatul Iman
Ya, kekuatan iman menjadi dasar yang merupakan kunci kemenangan di setiap medan pertempuran. Sesungguhnya kemenangan itu adalah milik Allah, serta bakal Allah berikan kepada setiap jundi-Nya yang memperkuat aspek keimanan.
Percaya (tsiqoh) jika pertolongan Allah pasti akan datang. Sebuah sifat yang harus dibangun di dalam diri. Haqul yakin Allah akan menepati janji, haqul yakin bahwa kemenangan dan kekuatan akan dianugerahkan Allah kepada jundi-Nya, haqul yakin Allah membeli pengorbanan para mujahid dengan jannah-Nya, sebuah keyakinan bahwa kematian yang paling baik adalah kematian di saat ia dalam perjuangan menegakkan agama Allah. Spirit keimanan ini yang Rasulullah SAW tumbuhkan sebelum memberangkatkan tentaranya ke medan perang.
Ketika sebuah perjuangan, apa pun jenis dan bentuknya, saat menanggalkan sisi keimanan ia akan kehilangan ruh perjuangan itu sendiri, kering bahkan akan berdampak menyakitkan: kekalahan. Dengan keimanan, akal yang digizii dengan ilmu, jiwa mujahid yang taqarrub kepada Allah, inilah keyword Rasulullah SAW contohkan kepada kita.
2. Ittihad Ash-Shufuf
Seperti halnya dalam sholat, kesatuan barisan, memang sangat penting. Agar tidak ada setan di sela-selanya.
Allah azza wa jalla memberikan pernyataan kecintaan-Nya dengan format barisan kaum muslim yang rapi untuk mengokohkan barisan kekuatan. Nah, unsur-unsur yang harus ditegakkan antara lain:
a. Kekuatan persaudaraan yang kokoh antar muslim
Kenapa Rasulullah hijrah dari Mekah ke Madinah? Ya salah satu alasannya yaitu mempersaudarakan antara prajurit dakwah, Muhajirin, dan Anshar. Membina persaudaraan keimanan. Tujuannya? Untuk saling merasakan beban dakwah bersama, berjuang bersama dalam perjuangan, saling menguatkan dalam perjuangan suci.
Dari sinilah kekuatan kaum muslim terbentuk kokoh. Jalinan persaudaraan yang kuat antarprajurit yang sanggup menjadikan umat Islam dan pasukan muslim bak satu jasad dan satu tubuh yang saling melengkapi. Tak ada hubungan yang lebih kuat daripada akidah, dan tiada akidah yang lebih kuat daripada Islam. Tak ada superman, yang ada adalah superteam.
b. Tsiqoh
Kepercayaan antara pemimpin dan pasukan, serta sebaliknya, antara pasukan dan pemimpin. Saling percaya dalam tubuh pasukan merupakan salah satu aspek kemenangan. Tsiqoh antarprajurit, prajurit terhadap pemimpin maupun sebaliknya. Hal ini diteladankan oleh Rasulullah SAW saat perang Badar. Rasulullah SAW menerima saran dan kritik para sahabat tentang memilih strategi lokasi dalam bermarkas.
c. Ketaatan dan Kepatuhan
Taat terhadap instruksi dari komandan merupakan kewajiban bagi setiap jundi atau pasukan. Para sahabat menunjukkan dalam menyikapi setiap komando strategis dari Rasulullah SAW yang panglima tertinggi dalam setiap peperangan, dan mereka mendapat kemenangan. Akan tetapi, saat para sahabat di puncak gunung Uhud terpesona dengan harta yang hampir saja ditinggalkan oleh kaum musyrik, kaum muslim nyaris mengalami kekalahan yang sangat telak. Ketaatan; sebuah harga mahal yang harus dibayar untuk setiap fase perjuangan.
Allah SWT berfirman.
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul, serta ulil amri di antara kalian. Jika kalian berselisih paham dalam sesuatu hal, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kalian benar-benar mengimani Allah dan Hari Akhir. (QS An-Nisa’ [4]: 59)
Dan selayaknya kita bisa mencontoh Rasulullah SAW. Wallahua’lam. [Paramuda/ BersamaDakwah]